Oleh: Tidak Diketahui
Ia tersenyum pada lelaki tak dikenal yang murung itu.
Senyum itu tampaknya membuat perasaannya lebih baik.
Lelaki itu teringat kebaikan seorang temannya dulu dan menyuratinya untuk berterima
kasih.
Temannya sangat senang menerima surat itu sehingga ia meninggalkan tip besar saat
makan siang.
Si pelayan, terkejut melihat jumlah tip itu, mempertaruhkan semuanya mengikuti
firasatnya.
Besoknya ia mengambil uang yang dimenangkannya, dan memberikan sebagian pada
lelaki di jalan.
Lelaki di jalan itu merasa bersyukur; karena sudah dua hari ia tak makan.
Setelah ia selesai makan, ia pulang ke kamarnya yang sempit dan kumuh. (Ia tak tahu
pada waktu itu bahwa ia mungkin akan menemui ajal).
Dalam perjalanan ia memungut anak anjing yang kedinginan dan membawanya ke rumah
supaya hangat.
Anak anjing itu sangat bersyukur tak lagi di luar didera badai.
Malamnya rumah itu terbakar.
Anak anjing itu menggonggong memberi peringatan.
Ia menggonggong hingga seluruh isi rumah terbangun dan menyelamatkan semua orang
dari bahaya.
Salah satu anak yang diselamatkannya tumbuh dewasa menjadi Presiden.
Semua ini karena sebuah senyum yang tak membutuhkan uang satu sen pun.
Prosa di atas ditulis oleh seorang ABG dan dimuat dalam sebuah buku apik. Prosa ini
menggambarkan bagaimana sebuah senyum dapat menyelamatkan hidup banyak orang
dan menumbuhkan rasa percaya diri yang menyenangkan.
Pernahkah Anda melihat wajah orang yang tidak pernah tersenyum? Bagaimana
perasaan Anda? Yang pasti, apa pun perasaan kita, pada dasarnya, memandang wajah
orang yang tidak mau tersenyum amatlah menjengkelkan. Ini tidak berarti kita harus
terus senyum-senyum sendiri di mana-mana. Namun, alangkah berbedanya bila sudut
bibir kita tertarik ke atas dan bukannya turun ke bawah.
Bila sudut bibir kita tertarik ke atas, wajah kita akan lebih nampak cerah dan membuat
orang-orang di sekeliling kita merasa aman. Sebaliknya, bila sudut bibir kita turun ke
bawah, maka seluruh rona muka kita akan tampak kusut dan membuat orang-orang di
sekeliling kita enggan mendekat. Bisa saja orang beranggapan, "Orang itu judes. Orang
itu jahat. Orang itu galak. Orang itu menyeramkan."
Senyum menunjukkan keramahan yang terpancar dari dalam. Selain itu, senyum juga
melegakan hati diri sendiri. Dengan tersenyum, kita akan merasa lebih santai dan jauh
dari perasaan tegang. Kita memerlukan senyum, bukan hanya untuk membahagiakan
orang lain, melainkan juga untuk menenangkan hati kita sendiri. Senyum selalu memiliki
arti keindahan, ketenangan, kedamaian dan kasih sayang. Apa pun yang sedang kita
alami saat ini -susah atau senang, santai atau tegang-berusahalah untuk tetap
tersenyum. Tersenyumlah memandang semua hari-hari kita dan rasakan keramahan itu
tidak hanya kita dapatkan dari luar pribadi kita, melainkan dari dalam diri kita sendiri.
Cukup banyak kejahatan, kekerasan dan angkara murka yang terjadi di sekeliling kita.
Semua itu disebabkan karena banyak orang yang enggan untuk mengakui kekurangan
dan kelemahan dirinya. Semua orang enggan untuk bersikap ramah terhadap diri sendiri
(merasa selalu benar), dan akibatnya, manusia enggan pula bersikap ramah pada
sesamanya. Tak ada lagi senyum yang tersungging di bibir. Apakah kita juga ingin
menyemarakkan suasana penuh kekerasan dan tanpa keramahan ini?
Dengan situasi yang makin memburuk sekarang ini, nampaknya senyum telah menjadi
harta yang mahal harganya. Senyum makin langka dan makin sulit dicari. Kekristenan
selalu mengajarkan kasih. Dalam kasih selalu ada senyum keramahan. Dalam senyum
keramahan, tak ada kekerasan dan angkara murka. Adakah kita mau tersenyum dan
mengembalikan kedamaian dunia melalui kasih Allah dalam hidup kita?
0 komentar:
Posting Komentar